Peluru kendali udara ke udara
Peluru kendali udara ke udara adalah rudal yang ditembakkan dari pesawat dengan target untuk menghancurkan pesawat musuh. Umumnya rudal jenis ini memakai satu atau lebih motor roket yang dapat berbahan bakar padat atau cair. Untuk rudal modern, terdapat jenis propulsi Ramjet.
Sistem pemandu
Sistem pemandu rudal jenis ini terdiri dari beberapa cara antara lain adalah anti-radiasi, inframerah, laser atau elektro-optik. Target kemudian dihancurkan dengan menggunakan hulu ledak yang dipicu dengan sebuah pemicu jarak atau pemicu kontak.
Pemandu radar
Sistem pemandu radar umumnya digunakan untuk rudal jarak menengah atau jauh di mana sinyal inframerah target umumnya terlalu lemah untuk dilacak detektor inframerah. Ada dua macam rudal berpandu radar yaitu aktif dan semi-aktif. Rudal dengan sistem pemandu radar aktif mempunyai sistem radarnya sendiri untuk mendeteksi dan melacak targetnya. Tetapi ukuran dari antena radar dibatasi oleh diameter rudal yang kecil sehingga membatasi jangkauan deteksi rudal. Untuk mengatasi hal tersebut, rudal harus memiliki cara lain (umumnya sistem pemandu inersial) untuk mendekati target sebelum mengaktifkan radarnya.
Rudal berpandu radar semi-aktif adalah lebih umum. Rudal jenis ini mendeteksi energi radar yang dipancarkan dari target. Sinyal radar dipancarkan oleh pesawat penembak. Dengan ini berarti pesawat penembak harus menjaga penguncian target sampai dapat dijangkau rudal, sehingga membatasi daya manuver pesawat penembak yang dapat membahayakan pesawat seiring dengan ancaman musuh. Rudal jenis ini juga lebih gampang dikacaukan (jamming) karena jarak pesawat penembak ke target lebih jauh dibandingkan jarak target ke rudal.
Rudal berpandu radar dapat diatasi dengan manuver terus menerus yang mengakibatkan penguncian yang terhenti, menyebarkan chaff atau menggunakan electronic counter-measures.
Pemandu inframerah
Sistem pemandu inframerah akan melacak panas yang dihasilkan pesawat musuh. Detektor inframerah pada awalnya memiliki tingkat sensitivitas rendah sehingg hanya bisa melacak panas yang dihasilkan saluran pembuangan pesawat. Ini berarti pesawat penyerang harus bermanuver untuk dapat menembakkan rudal ketika berada di belakang pesawat musuh. Sinyal inframerah yang melemah ketika jarak makin menjauh juga menjadi kendala sistem lama.
Rudal berpandu inframerah modern dapat mendeteksi panas dari bagian manapun dari pesawat musuh yang menjadi panas oleh adanya gesekan dengan udara. Hal ini membuat pesawat penembak tidak perlu bermanuver untuk mencari posisi di belakang pesawat musuh sebelum dapat melepaskan tembakan. Walaupun demikian hal ini tetap dapat memperbesar kemungkinan mengenai target.
Untuk mengatasi rudal jenis ini, digunakan flare yang lebih panas dari pesawat sendiri sehingga rudal akan melacak panas yang lebih tinggi tersebut. Penelitian terkini mengembangkan alat laser yang dapat menghancurkan sistem pemandu inframerah di rudal.
Rudal modern seperti ASRAAM menggunakan pencitraan inframerah sehingga rudal dapat "melihat" target (seperti sebuah kamera video digital) dan dapat membedakan antara pesawat dengan sumber panas seperti flare. Sistem ini juga memiliki sudut lebar sehingga pesawat penyerang tidak perlu harus berada dalam garis lurus dengan target untuk dapat dikunci. Pilot hanya perlu menggunakan helmet mounted sight (HMS) dan kemudian "melihat" targetnya sebelum melepaskan tembakan. Su-27 Rusia dilengkapi dengan sebuah sistem pencari dan pelacak inframerah dilengkapi dengan pengukur jarak laser untuk sistem HMS-nya.
Untuk dapat bermanuver dari sudut tembak yang kurang memadai pada jarak pendek untuk mencari targetnya, rudal udara ke udara dilengkapi dengan pendorong vektor yang memungkinkan rudal untuk berputar arah.
Elektro-optikal
Elektro-optikal adalah sistem pemandu terbaru dalam pemandu misil. Salah satu rudal yang memakai pemandu elektro-optikal adalah Python-5 Israel.
Disain
Rudal udara ke udara umumnya berbentuk panjang, silindris tipis untuk mengurangi gesekan dengan udara pada kecepatan tinggi. Di bagian depan terdapat pelacak yang dapat berupa radar, detektor inframerah atau elektro-optikal. Di belakangnya terdapat sistem yang mengontrol penerbangan. Di bagian tengah terdapat hulu ledak yang dikelilingi logam yang akan berpencar ketika meledak. Di bagian belakang terdapat sistem propulsi yang berupa roket atau sejenisnya. Roket berbahan bakar padat pendorong ganda umum digunakan, tetapi beberapa rudal jarak jauh menggunakan bahan bakar cair untuk meningkatkan jangkauan dan menghemat bahan bakar untuk manuver akhir. Misil modern menggunakan motor yang menghasilkan sedikit asap - misil-misil awan menghasilkan jejak asap tebal yang dapat dengan mudah dilihat oleh kru pesawat target.
Jangkauan
Jangkauan efektif rudal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketinggian, kecepatan, posisi dan arah pesawat target. Contohnya Vympel R-77 mempunyai jangkauan resminya 100 km. Hal ini benar untuk kondisi posisi saling berhadapan, tidak bisa menghindar dan pada ketinggian tinggi. Pada ketinggian rendah, jangkauan efektif dikurangi 75%-80% (sekitar 20–25 km). Jika target melakukan manuver menghindar, maka jangkauan efektif berkurang. Lihat tabel perbandingan rudal udara ke udara untuk informasi lebih lanjut. Jangkauan efektif rudal udara ke udara dikenal dengan istilah no-escape zone yang berarti jarak di mana target tidak bisa lagi menghindar ketika rudal diluncurkan.
Pilot yang kurang dilatih dan pilot tentara bayaran lebih mementingkan nyawa cenderung meluncurkan rudal pada jarak maksimum dengan hasil yang kurang efektif. Pada perang Ethiopia-Eritrea 1998-2000, pilot dari kedua belah pihak menembakkan lebih dari selusin rudal jarak menengah R-27 (AA-10) dari jarak jauh dengan hasil buruk. Tetapi ketika pilot SU-27 Ethiopia yang lebih terlatih memutuskan untuk mengejar dengan rudal jarak pendek R-73 (AA-11), hasilnya lebih fatal bagi pesawat Eritrea.
Joint Direct Attack Munition
Joint Direct Attack Munition | |
---|---|
GBU-31 : Sebuah bom Mk 84 dipasangi paket JDAM | |
Jenis | Paket pemandu bom |
Sejarah pemakaian | |
Pada perang | Perang Afghanistan, Pertempuran Marawi, Perang Sipil Irak, Perang Sipil Suriah |
Spesifikasi | |
Panjang | 3,02-3,89 m |
Rentang sayap | 500 hingga 640 mm |
Daya jelajah | Hingga 28 km |
Sistem pemandu |
Pemandu inersial/GPS |
Akurasi | 13 meter dengan GPS, 30 meter dengan pemandu inersial |
JDAM (Joint Direct Attack Munition) (bahasa Indonesia: Amunisi Serangan Langsung Gabungan) adalah bom berpemandu GPS yang di lengkapi dengan pemandu laser dan inersial.
Bom buatan Boeing ini adalah jenis bom udara ke permukaan (air to surfaces) yang diluncurkan dari pesawat tempur maupun pesawat pembom ringan, Selama menuju target, komputer mengatur sirip pengendali di ujung bom. Secara teoretis, kemungkinan luputnya bom jenis ini dari sasaran hanya satu-dua meter. Adapun target efektif untuk bom jenis ini adalah sasaran darat yang diam seperti bunker-bunker pertahanan musuh, gudang persenjataan maupun logistik, maupun perangkat komunikasi musuh. Akan tetapi varian lain dari bom JDAM mampu menghancuran sasaran darat yang bergerak pelan seperti konvoi tank, peluncur SCUD, dan peluncur SAM.
Sejak 1998 hingga November 2016, Boeing menyelesaikan lebih dari 300.000 paket pemandu JDAM. Pda 2017, Boeing membuat lebih dari 130 paket per hari.
BGM-109 Tomahawk
Tomahawk | |
---|---|
BGM-109 Tomahawk | |
Jenis | Peluru kendali jelajah, segala kondisi cuaca dan memiliki kecepatan subsonik |
Negara asal | Amerika Serikat |
Sejarah pemakaian | |
Masa penggunaan | 1983-sekarang |
Sejarah produksi | |
Produsen | General Dynamics (dahulu) Raytheon/McDonnell Douglas |
Biaya produksi | $1,066,465 (Block IV Variant, FY11 $)[1] |
Spesifikasi | |
Berat | 2900 pon (1300 kg) |
Panjang | Tanpa booster : 18 ft 3 in (5,56 m)
Dengan booster : 20 ft 6 in (6,25 m) |
Diameter | 20,4 in (0,52 m) |
Hulu ledak | Conventional: 1,000 lb (450 kg) Bullpup, or submunitions dispenser with BLU-97/B Combined Effects Bomb, or a 200kt (840 Tj) W80 nuclear device (inactivated in accordance with SALT) |
Mekanisme ledakan |
FMU-148 since TLAM Block III, others for special applications |
Jenis Mesin | Williams International F107-WR-402 turbofan mengunakan bahan bakar TH-dimer dan booster bahan bakar roket |
Rentang sayap | 8 ft 9 in (2,67 m) |
Daya jelajah | 1350 mil laut (2500 km) |
Kecepatan | Subsonic, sekitar 550 mph (880 km/h) |
Sistem pemandu |
GPS, TERCOM, DSMAC |
Alat peluncur |
Vertical Launch System (VLS) dan horizontal submarine torpedo tubes (dikenal dengan nama TTL (torpedo tube launch)) |
Tomahawk adalah peluru kendali jelajah jarak jauh dalam segala kondisi cuaca dan memiliki kecepatan subsonik. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970 oleh General Dynamics, peluru kendali ini (misil) didesain untuk jarak menengah dan jauh, mampu terbang rendah dan juga dapat diluncurkan dari darat dan bawah air. Misil ini telah beberapa kali dikembangkan, saat ini diproduksi oleh Raytheon. Perusahaan dirgantara McDonnell Douglas (sekarang Boeing Defense, Space & Security) pernah membuat peluru kendali jelajah ini[2].
Sejarah
Tomahawk adalah sebuah rudal (peluru kendali) jelajah atau dalam istilah internasional dikenal sebagai Cruise missile buatan Amerika Serikat yang dipakai oleh angkatan laut AS, (US Navy)
Dengan panjang 5,56 - 6,25 meter, Tomahawk berbobot antara 1.192,5 kg sampai 1.440 kg. Rudal itu sanggup mengangkut beban untuk hulu ledak konvensional sampai 500 kg.
Mulai di perkenalkan tahun 1970an oleh perusahaan General Dynamics. Awalnya rudal ini dibuat untuk dapat diluncurkan dari kapal selam. Tapi, seiring berkembangnya teknologi, rudal Tomahawk pun turut mendapat polesan sana sini terutama dari sisi teknologi navigasi dan mesin, untuk mampu mengikuti perkembangan zaman. Saat ini Rudal Tomahawk diproduksi oleh pabrik Raytheon dan sebagian lagi di produksi oleh McDonnell Douglas.
Sekarang Tomahawk tidak hanya bisa diluncurkan dari kapal selam, tetapi bisa juga diluncurkan dari moda lain seperti kapal laut, peluncur darat bahkan dari pesawat terbang.
Untuk urusan hulu ledak, rudal ini bisa dipasangi bermacam2 hulu ledak, baik konvensional, TNT maupun nuklir. berat dan ukuran hulu ledak pun bervariasi, tergantung tipe rudal dan kebutuhannya. Tiap-tiap rudal ini mempunyai berat 1.440 kg.
Ada beberapa varian dari Rudal Tomahawk ini, diantaranya adalah ; rudal tomahawk serang darat TLAM-C, rudal tomahawk yang mampu melepaskan bom atau bomblet-dispensing land attack TLAM-D, Rudal tomahawk dengan hulu ledak nuklir ataunuclear land attack TLAM-A dan TLAM-N (tidak dikembangkan), dan Rudal Tomahawk anti kapal permukaan atau Anti-Ship Missile (TASM).
Semua jenis rudal tomahawk menggunakan pemandu: Global Positioning System (GPS), terrain contour matching (TERCOM), agar dapat terbang rendah menyusuri kontur bumi, oleh karenanya tidak jarang rudal ini terbang hanya di ketinggian beberapa puluh meter saja. Deteksi sinar infra merah juga hampir mustahil, karena mesin turbofan hanya memancarkan sedikit sekali panas. Rudal Tomahawk juga dilengkapi sistem Korelasi Pencocokan Area digital, kontrol Time of Arrival (waktu tempuh), dan mesin turbo.
Rudal itu dapat digunakan untuk menggempur berbagai sasaran tidak bergerak, seperti pusat-pusat komunikasi dan pertahanan udara, termasuk sasaran yang sangat sulit sekalipun. Untuk menggempur sasaran di darat, Tomahawk dituntun oleh radar jarak jauh Tercom dengan kemampuan mengenali kontur daratan. Radar tersebut memakai data peta-peta untuk menentukan posisi rudal tersebut. Jika diperlukan, arah dan posisi rudal bisa dibetulkan agar tepat sasaran.
Akurasi Tinggi
Tomahawk sanggup melakukan operasi serangan tanpa awak jarak jauh, dengan kemampuan tinggi. Ketepatannya bisa dibilang luar biasa, karena sanggup mengenali titik sasaran sangat kecil sekalipun. Rudal tersebut dapat membawa hulu ledak nuklir atau hulu ledak konvensional. Kapabilitas serbuan AL AS sangat bertumpu pada sistem rudal Tomahawk, karena senjata itu terbukti ampuh untuk misi-misi kontijensi.
Gempuran Tomahawk diharapkan dapat menghalangi atau menunda gerakan militer lawan, meniadakan kemampuan operasi udara pihak lawan, serta menekan sistem pertahanan udara.
Selain itu, rudal tersebut digunakan untuk menghantam sasaran bernilai tinggi, seperti fasilitas pembangkit listrik, simpul-simpul kontrol dan komando, serta fasilitas penyimpanan dan perakitan senjata. Jangkauan jelajah rudal tersebut mencapai 1.120 km dengan kecepatan 880 km per jam. Kecepatan tinggi dan jarak tempuh sejauh itu tidak mengurangi akurasinya dalam mencapai sasaran.
Hingga saat ini hanya 3 (tiga) negara yang telah memiliki rudal tomahawk yaitu: Amerika Serikat yang diopersikan oleh US Navy, Inggris yang dioperasikan oleh Royal Navy dan yang terakhir adalah Spanyol.
Angkatan laut Amerika telah menggunakan rudal ini dalam berbagai peperangan “nyata”, wajar kalau rudal ini mendapat gelar battle proven, pengalamannya sudah cukup banyak, dari mulai perang teluk di awal 90-an hingga perang Irak di medio 2000-an. dengan peralatan navigasi yang canggih, akurasi rudal ini tidak perlu diragukan, makanya AL AS tetap setia memakainya walaupun harga per unitnya tidak murah, sekitar 1-1.5 juta Dollar AS.
Desain
Peluru Kendali Tomahawk yang kembali ramai dibicarakan dikalangan petinggi angkatan bersensajata di seluruh dunia, menyusul digunakannya kembali Tomahawk oleh pasukan koalisi di Libya akhir-akhir ini, merupakan jenis missil penjelajah bertenaga Jet dengan kecepatan maksimum bisa mencapai 880 km per-jam walaupun masih di bawah kecepatan suara (subsonic missile). Rudal ini awalnya dibuat oleh perusahaan General Dynamic sekitar tahun 1970, dengan daya jelajah menengah dan jauh, namun baru dimulai digunakan sekitar tahun 1993 pada saat perang Teluk berkecamuk.
Jenis Tomahawk yang dipergunakan oleh pasukan koalisi dalam melakukan gempuran di Libya, untuk menekan Pimpinan Revolusi Libya, Kolonel Moammar Qaddafi, diduga menggunakan Tomahawk jenis RGM/UGM-109E dengan system penghancur sasaran darat Block IV yang telah ditingkatkan kemampuannya dengan TLAM-C.
Tomahawak, diproduksi dengan disain modular, sehingga dapat dimodifikasi dengan berbagai macam hulu ledak, sensor pendeteksi target dan daya jelajah tergantung kondisi medan yang dihadapi.
Untuk mencapai sasaran Tomahawk dilengkapi sensor pengindera jarak jauh, yang dilengkapi dengan sensor Global Posisitioning System (GPS) dan sensor Terrain Contour Matching (TERCOM). TERCOM sendiri merupakan teknologi yang sudah sangat luas digunakan dalam berbagai system persenjataan modern.
Teknologi penginderaan TERCOM lahir sebagai jawaban untuk mengatasi kesulitan penginderaan jarak jauh yang acapkali terbatas oleh karena kondisi alam yang memiliki berbagai bentuk kontur tanah yang berbeda-beda, jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda pula untuk setiap titiknya. TERCOM dengan kemampuan pengenalan kontur medan yang menjadi objek sasaran secara visual dari berbagai sudut dengan teknologi sintesis citra (imaginary synthesis) yang ditanamkan di dalam Tomahawk, sehingga setiap rudal Tomahawk yang telah dilengkapi dengan TERCOM, akan dengan mudah dan relatip lebih akurat mengenali sasaran dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi, dengan kemampuan membandingkan dan menyesuaikan kontur medan sasaran yang di sasar dengan data kontur medan sasaran yang telah diprogram sebelumnya di dalam rudal sebelum diluncurkan dengan penyimpangan titik sasaran tidak lebih 10 meter dari target yang telah ditentukan.
Peningkatan kemampuan yang signifikan terhadap Tomahawk, adalah kemampuan perang terpusat, dimana Tomahawk dapat menerima masukan dari pasukan darat, pesawat tempur, satelit bahkan dari pesawat pengintai tak berawak, kemudian mengolahnya, pada saat terbang sebelum mencapai sasaran.
Tomahawkjuga dilengkapi dengan TV-camera sehingga pusat komando dapat mengawasi perjalanan Tomahawk serta dapat membelokkan Tomahawk ke sasaran lain apabila diperlukan, walaupun telah memiliki target awal yang diarahkaan sebelum di luncurkan.
Pengusung Tomahawk (missile carrier), menempatkan setiap Tomahawk di dalam tabung bertekanan untuk melindungi Tomahawk dari benturan phisik dengan benda lain selama di dalam perjalanan, dan tabung ini juga merupakan perlengkapan yang digunakan sebagai alat peluncur (Tomahawk Launcher).
System persenjataan Tomahawk menggunakan Tomahawk Weapon Control System (TWCS) untuk kapal perang di atas permukaan air atau Combat Control System (CCS) untuk dipakai oleh kapal selam yang mengusung Tomahawk.
Beberapa kapal perang dari Amerika yang dipersenjatai dengan Tomahawk adalah USS Iowa, USS New Jersey, USS Missouri, dan USS Wisconsin, Walaupun demikian, dibalik kecanggihan Tomahawk, tidak dapat disimpulkan apakah Tomahawk yang digunakan di Libya untuk kepentingan kemanusiaan, atau memang benar kalau Tomahawk dimanfaatkan untuk urusan penguasaan ladang minyak Libya.
Varian
BGM-109 Tomahawk adalah rudal jelajah segala cuaca yang bisa mencapai target sejauh 2.500 km (block II TLAM-A) dengan kecepatan subsonik (sekitar 880 km/jam). Pertama kali diperkenalkan oleh pabrikan General Dynamic pada tahun 1970-an. Rudal ini dirancang sebagai rudal jelajah jarak menegah hingga jarak jauh yang dapat terbang rendah serta bisa diluncurkan dari darat dan laut. Rudal ini sudah beberapa kali dikembangkan, dan dengan cara divestasi serta akuisisi maka sekarang rudal ini diproduksi oleh Raytheon. Beberapa Tomahawk juga diproduksi oleh McDonnel Douglas yang sekarang bergabung dengan saingannya, Boeing pada tahun 1997. Dalam Arsip Boeing tercatat, sekitar 1.647 rudal Tomahawk diproduksi oleh McDonnel Douglas saat itu.
Varian Tomahawk sendiri terdiri dari sejumlah rudal subsonik, rudal dengan bertenaga mesin jet ini digunakan untuk menghantam beragam jenis target permukaan. Meskipun ada beberapa platform yang digunakan dan dikembangkan, namun hanya platform angkatan laut (kapal perang dan kapal selam) saja yang masih digunakan hingga sekarang. Tomahawk yang memiliki desain modular (perangkat bisa diganti sesuai keinginan) memungkinkan berkembangnya berbagai macam hulu ledak, sistem pemandu serta kemampuan jelajah rudal tersebut. Sehingga memungkinkan bila rudal ini dapat dipasang pada setiap platform darat, laut, bahkan udara.
Berikut adalah berbagai macam varian Tomahawk serta penggunaan hulu ledaknya:
- AGM-109 H/L Medium Range Air to Surface Missile (MRASM); Merupakan rudal udara ke darat jarak menengah yang ditenagai oleh mesin turbojet, dengan hulu ledak bersistem amunisi bomblet (cluster bomb); namun varian ini tidak pernah masuk dalam dinas militernya.
- BGM-109A Tomahawk Land Attack Missile - Nuclear (TLAM-A); Rudal ini mampu membawa hulu ledak nuklir, W80.
- BGM-109C Tomahawk Land Attack Missile - Conventional (TLAM-C); Tomahawk tipe ini mengangkut hulu ledak konvensional (hulu ledak biasa).
- BGM-109D Tomahawk Land Attack Missile - Dispenser (TLAM-D); Hulu ledak dari Tomahawk tipe ini memiliki amunisi-amunisi lain (submunition) yang tersimpan dalam dispenser atau bisa dibilang sejenis cluster bomb.
- BGM-109G Gryphon - Ground Launched Cruise Missile (GLCM); Tomahawk dengan hulu ledak nuklir W84 ini dilucurkan melalui kendaraan darat yang disebut Transport Erector Launcher (TEL). Rudal ini telah ditarik dari tugasnya pada tahun 1987.
- RGM/UGM-109B Tomahawk Anti-Ship Missile (TASM); Varian Tomahawk yang dirancang dengan sistem pemandu radar untuk anti kapal.
- RGM/UGM-109E Tomahawk Land Attack Missile (TLAM Block IV); Tomahawk ini merupakan hasil peningkatan dari versi TLAM-C. Situs Raytheon menyatakan bahwa Tomahawk blok IV telah terbukti dalam pertempuran, yang masih sementara diproduksi ini menggunakan teknologi inovatif untuk menyediakan serangkaian kemampuan operasional secara luas sehingga disisi lain secara dramatis dapat mengurangi biaya pembelian, operasional, dan biaya dukungan lainnya.
Dengan menggunakan sistem hubungan data satelit dua arah pada sistem pemandu rudal Tomahawk Blok IV, memungkinkan pengatur serangan (operator) untuk memprogramkan kembali rudalnya kepada target alternatif atau mengarahkan kembali ke target yang baru pada saat rudal ini terbang menuju targetnya. Dengan sistem yang fleksibel ini pula maka rudal Tomahawk memiliki kemampuan untuk berputar-putar di atas medan perang sambil menunggu target yang lebih penting muncul dalam perang (Raytheon Capabilities Products).
Sistem Peluncuran Rudal
Setiap rudal disimpan dan diluncurkan pada kontainer (canister) bertekanan yang melindungi rudal selama transportasi dan penyimpanan serta berkerja sebagai tabung peluncur. Kontainer kemudian tersusun di Armoured Box Launcher (ABL), biasa ditemukan pada kapal-kapal perang AS kelas Lowa seperti USS Lowa, USS Missouri, USS New Jersey, dan USS Wisconsin. Kontainer-kontainer ini terdapat juga di dalam Vertical Launch System pada kapal perang permukaan lainnya. Ada juga yang diluncurkan lewat kapal selam, bisa melalui Capsule Launch System (CLS) yang biasa ditemukan pada kapal selam kelas USS Los Angeles, dan di tabung torpedo kapal selam. Submarine Launch from USS Florida (US NAVY)
Peluncuran Tomahawk pada kapal selam (UGM-109 untuk kapal selam), setelah dilontarkan oleh tekanan gas (CLS atau torpedo tube), maka rudal keluar dari dalam air dan roket berbahan bakar padat pun menyala untuk beberapa detik pertama penerbangan di udara sampai kepada fase jelajah, yang kemudian lipatan sayap rudal terbuka untuk menciptakan daya angkat, air intake rudal terbuka mesin turbofan mengambil alih untuk penerbangan jelajah. Diatas air rudal Tomahawk menggunakan panduan inersia atau GPS untuk mengikuti program yang sudah diatur. Sekalinya di darat rudal sistem pemandu rudal dibantu oleh Terrain Contour Matching (TERCOM).
Pada fase akhir, sistem Digital Scene Matching Area Corellation (DSMAC) atau GPS akan bertindak untuk mendekati target yang akhirnya akan dihancurkan. Dengan sistem ini dapat diklaim bahwa hasil akurasi rudal terhadap target tidak lebih dari 10 meter CEP.
Spesifikasi
- Tipe: Rudal jelajah subsonik jarak jauh segala cuaca.
- Tempat Asal: United States
- Mulai masuk dinas: Tahun 1983-sekarang
- Harga per Unit: $US 569,000 (1999)
- Berat: 2,900 lb (1,300 kg), 3,500 lb (1,600 kg) dengan booster
- Panjang:Tanpa booster: 18 ft 3 in (5.56 m), dengan booster: 20 ft 6 in (6.25 m).
- Diameter: 20.4 in (0.52 m)
- Hulu Ledak: Konvensional: 1,000 lb (450 kg) Bullpup, atau submunitions dispenser dengan BLU-97/B Combined Effects Bomb, atau 200kt (840 Tj) W80 nuclear device (dinon-aktifkan sehubungan dengan SALT-Strategic Arms Limitation Talks).
- Mesin: Williams International F107-WR-402 turbofan, menggunakan TH-dimer fuel dan solid-fuel rocket booster.
- Rentang Sayap: 8 ft 9 in (2.67 m)
- Jarak Operasional:
- Block II TLAM-A–1,350 nmi (2,500 km),
- Block III TLAM-C & Block IV TLAM-E-900 nmi (1,700 km)
- Block III TLAM-D-700 nmi (1,300 km)
- Sistem Pengendali: GPS, INS, TERCOM, DSMAC.
- Negara Pengguna:
- US NAVY
- Royal Navy
Komentar
Posting Komentar